Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Menunggu

Dalam diam ini aku mengerti tentang banyak hal yang seharusnya aku lakukan sebelum memutuskan. Sekarang aku mulai benar-benar paham bahwa segalanya yang ada dalam dirimu memang bukan untukku. 4 tahun lebih menjalani dengan sisa-sisa kekuatan, yang pasti akan selalu terkuatkan ini menjadi alasan betapa sulit meninggalkan kenangan itu. Aku selalu pergi dan selalu kembali lagi untuk menumpahkan segala emosi dan perasaanku yang terdiam beberapa lama. Selalu berulang kali. Mungkin kamu sudah mengerti dan mengetahui kenapa aku bisa seperti ini. Jika pun belum, aku hanya ingin kamu mengetahui bahwa seorang pasangan membutuhkan kepastian. Membutuhkan perhatian dari pasangannya. Tidakkan aku terlalu lemah dihadapanmu dan terlalu memalukan dihadapan Allah?  Aku merindukanmu. Suatu kata itu yang selalu mengendap di perasaanku dan yang selalu ku pikirkan namun terlalu gengsi ku ucapkan. Aku muak melihat sikapmu yang terlalu malas memperlakukan aku, seperti memang sudah tidak ada rasa lagi. Hidu

Dia (RAHASIA)

Dia bukan siapa siapa. Bahkan jika kamu menuntut untuk lebih mengetahuinya secara mendalam, kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. Dia menutup semua pintu menuju ruangnya. Terkadang dia hanya mempersilakan melalui pintu, tanpa memberi aba-aba untuk masuk. Bagaimanapun dia memiliki hak itu. Memiliki kemampuan untuk menutup segala hal tentang hidupnya, dan tentu ceritanya. Orang lain tidak akan pernah tau ketika dia menjerit, berteriak, menangis atau hal apapun yang terdengar, namun dianggap tak terdengar. Dia hanya akan menenggelamkan suara melalui tembok dan pertanyaan-pertanyaan yang menghujani otak orang lain. Pun hiasan dan benda mati didalamnya, mungkin hanya akan menjadi pajangan yang selamanya tidak akan dianggap keberadaannya. Semua yang menemaninya di dalam, suatu ketika akan membuatnya letih sendiri, bisa dipastikan itu. Dia sendiri disana. Di dalam ruangan itu. Dia yang menutupnya sendiri dan tidak ingin sedikitpun angin maupun cahaya membelainya, meskipun hanya lembut.. Dia

Tujuh Menit

Aku menghabiskan sisa waktuku yang hanya tinggal sebentar ini. Didepan komputer kantor. Bingung mau menuliskan apa dan mengerjakan apa. Hari ini hanya beberapa orang saja yang berada disekitarku, setengah hari. Pikiranku berjalan-jalan sudah terlampau jauh, yah,, memang selalu berjalan jauh setiap hari. Entah apa itu yang berada dalam benakku, aku selalu berkhayal tiap waktu. Menantikan kebahagiaan dan kesempurnaan hidup yang memang "hanya" ada dalam khayalanku. Tumpuan dalam otakku hanya tertuju pada satu bintang saja. Bintang yang biasanya hanya bersinar di malam hari, tapi dia bisa bersinar setiap waktu. Di sepanjang jalan, dirumahku, ditembok yang ku pandang, pada pikiranku dari orang-orang, pada kaca yang menemaniku setiap hari dikantor, pada langit, mendung, hujan, awan cerah, dan pada angan-angan. Karena semua memang hanya akan menjadi angan-angan. Dari itu semua aku tidak tahu apa dia sadar, apa dia peka, apa dia sadar, apa dia mengerti... seluruh otakku hanya memikir

Singgasana Cerita Cinta

Menunggu memang lelah. Selelah berharap pada seseorang yang tidak ingin diharapkan. Dunia ini memang tau bagaimana memberi pelajaran. Mendung hari ini seperti biasanya, menghujat manusia untuk menaklukkan kesabarannya. Apalagi mereka para pemilik kapal-kapal megah nan mewah. Hujan ini tak pernah berhenti menempatkanmu pada posisi teratas di kepalaku. Selalu dan selalu memakan waktuku untuk berfikir dan berkhayal bagaimana baiknya dan menjadi yang terbaik. Kemarin sempat kubaca bait Rose Widianingsih di Suara Sunyinya, jiwaku jatuh nanar pada kata-kata itu, Perempuan Yang Melukis Kekasihnya. Tak henti aku membacanya berulang kali, mencoba memahami kata demi kata yang berayun menjadi kalimat, ku maknai menurut otakku, itu seperti lukisan untukmu. Yah, Aku yang melukis kekasihku. Aku tidak ingin nyinyir dan sombong dengan jiwaku, tapi itulah kenyataannya. Aku mencoba menjadi orang yang arogan dan keras atas pilihanku. menjadikanmu salah satu raja yang memiliki sebagian besar wilayah d