Postingan

Hambar

Tidak ada yang spesial lagi, semuanya berjalan seperti biasa. Rasa-rasanya terlalu datar tanpa bergerak lebih energik lagi. Apa kabar ya mereka yang jauh dari arus penghantar komunikasi? Apa kabar mereka yang masih tertawa meskipun harus bertarung melawan batu dan jurang yang dalam setiap hari? Hmmm.. rasanya belajar syukur itu perlu. Disini pemandangan selalu berasap dan dipenuhi debu yang tebal, nyanyiannya pun selalu tentang kemewahan. Padahal apa ada yang tau dibalik suara itu ada cerita nyata atau sebait kebohongan yang lama-lama pun akan menggerogoti hati untuk lebih berani bertarung melawan nada tinggi lain yang akhirnya berakhir false? Waktu sepagi ini memikirkan hal yang tidak-tidak. Tapi bisa jadi semua itu merupakan kenyataan.  Bagaimana pun, setiap kenyataan akan dipertanggungjawabkan atau bahkan suatu pertanggungjawaban.

#Galau

Aku ingin menulis, tapi entah apa yang akan ku tulis. Aku ingin membaca tapi aku sudah terlalu malas. Mungkin karna aku sudah biasa membaca hal yang sama sehingga membaca yang lain pun aku tidak ingin. Hanya saja keinginan ini terlalu tinggi sehingga membuat hati bergelayut gelantungan tidak tentu tujuan, hingga selalu tak tenang. Sedangkan menulis, yang bisa ku tulis apa dan siapa yang akan membacanya? Kemudian apa bisa orang lain memaknainya? Takutku, ketika aku menulis sesuatu, terjemahan akan berbeda dari yang sesungguhnya. Bukankah benar Tuhan menciptakan pemikiran dan otak manusia berbeda-beda? Itulah yang ku takutkan, penulisan dengan jeda pun masih banyak yang membaca dengan intonasi yang berbeda. Apa sebaiknya aku melukis saja? Namun aku tidak lincah, aku tidak pintar menggambarkan sesuatu yang indah dengan sepercik tinta dan sebuah kuas. Aku hanya bisa membuat gambar seadanya saja, dan hasilnya selalu tidak seindah yang terbayang. Alas yang ku pakai seperti tidak bersahaba

Hai, Dear!

Hai, Dear! Are you.. Ok?? :) Aku tau banyak hal yang menjadi beban saat pikiran berubah, apa lagi bila memang sudah saatnya kamu terbangun dari zona nyamanmu sebagai cowok dan beralih menjadi pria, yang dengan gagah berani memperkenalan diri pada dunia. Ini loh saya, pria yang sudah menjadi dewasa. Kamu tau? Bahkan ibumu akan selalu tersenyum manis melihatmu tidak merengek lagi, yah..meskipun itu adalah hal yang selalu dirindukan seorang ibu dari buah hatinya tapi yakinlah kebanggaan ibumu akan lebih hebat lagi ketika melihatmu menjadi seorang pria berani dan bertanggungjawab. Dear, taukah kamu banyak sekali hal yang bisa membuat wanita bertekuk lutut terhadapmu hanya dengan sekejap mata saja? yaitu sebuah perlakuan. Sikapmu adalah penentu hidupmu, masa depanmu, cita-citamu, bahkan jodohmu. Dear.. diluar sana banyak sekali pria tampan, gagah, berani dan bertanggungjawab. Diluar sana pula banyak sekali pria dengan ketampanan minim namun punya rayuan maut yang menipu banyak wanita.  T

Aku Sendiri

Aku sendiri berusaha membisikkan sedikit cerita yang mengesankan untukmu. Mencoba bertanya lalu kau jawab. Mencoba meraba lalu kau temukan dalam genggaman. Aku sendiri berusaha berlari mengejarmu. Lalu kau perlambat langkahmu. Tapi kenapa kemudian larimu kencang kembali seperti takut. Aku sendiri berusaha meraih rambutmu. Mencoba membelai lembut kepalamu yang panas dan keras. Ha ha ha. Dan kau pun merajuk dengan sungguh tak ingin jemariku berlari meninggalkan kepalamu sampai kau tertidur pulas. Meskipun kadang ingin ku jambak rambut halusmu agar kau pun merasa sakit dan tak meninggalkan ku terjaga sendiri. Aku sendiri berusaha mencuri perhatianmu. Lewat setiap ocehan yang kau benci bahkan lawakan yang kau anggap menjijikan. Tapi aku begitu ingin mencuri perhatianmu. Aku sendiri berusaha melarikan motorku sekencang mungkin. Menghampirimu yang sudah menunggu sarapan pagi dan sapaan yang ku lontarkan dengan senyum. Setidaknya aku berharap kamu menungguiku seperti itu setiap hari. Aku

Menunggu

Dalam diam ini aku mengerti tentang banyak hal yang seharusnya aku lakukan sebelum memutuskan. Sekarang aku mulai benar-benar paham bahwa segalanya yang ada dalam dirimu memang bukan untukku. 4 tahun lebih menjalani dengan sisa-sisa kekuatan, yang pasti akan selalu terkuatkan ini menjadi alasan betapa sulit meninggalkan kenangan itu. Aku selalu pergi dan selalu kembali lagi untuk menumpahkan segala emosi dan perasaanku yang terdiam beberapa lama. Selalu berulang kali. Mungkin kamu sudah mengerti dan mengetahui kenapa aku bisa seperti ini. Jika pun belum, aku hanya ingin kamu mengetahui bahwa seorang pasangan membutuhkan kepastian. Membutuhkan perhatian dari pasangannya. Tidakkan aku terlalu lemah dihadapanmu dan terlalu memalukan dihadapan Allah?  Aku merindukanmu. Suatu kata itu yang selalu mengendap di perasaanku dan yang selalu ku pikirkan namun terlalu gengsi ku ucapkan. Aku muak melihat sikapmu yang terlalu malas memperlakukan aku, seperti memang sudah tidak ada rasa lagi. Hidu

Dia (RAHASIA)

Dia bukan siapa siapa. Bahkan jika kamu menuntut untuk lebih mengetahuinya secara mendalam, kamu tidak akan mendapatkan apa-apa. Dia menutup semua pintu menuju ruangnya. Terkadang dia hanya mempersilakan melalui pintu, tanpa memberi aba-aba untuk masuk. Bagaimanapun dia memiliki hak itu. Memiliki kemampuan untuk menutup segala hal tentang hidupnya, dan tentu ceritanya. Orang lain tidak akan pernah tau ketika dia menjerit, berteriak, menangis atau hal apapun yang terdengar, namun dianggap tak terdengar. Dia hanya akan menenggelamkan suara melalui tembok dan pertanyaan-pertanyaan yang menghujani otak orang lain. Pun hiasan dan benda mati didalamnya, mungkin hanya akan menjadi pajangan yang selamanya tidak akan dianggap keberadaannya. Semua yang menemaninya di dalam, suatu ketika akan membuatnya letih sendiri, bisa dipastikan itu. Dia sendiri disana. Di dalam ruangan itu. Dia yang menutupnya sendiri dan tidak ingin sedikitpun angin maupun cahaya membelainya, meskipun hanya lembut.. Dia

Tujuh Menit

Aku menghabiskan sisa waktuku yang hanya tinggal sebentar ini. Didepan komputer kantor. Bingung mau menuliskan apa dan mengerjakan apa. Hari ini hanya beberapa orang saja yang berada disekitarku, setengah hari. Pikiranku berjalan-jalan sudah terlampau jauh, yah,, memang selalu berjalan jauh setiap hari. Entah apa itu yang berada dalam benakku, aku selalu berkhayal tiap waktu. Menantikan kebahagiaan dan kesempurnaan hidup yang memang "hanya" ada dalam khayalanku. Tumpuan dalam otakku hanya tertuju pada satu bintang saja. Bintang yang biasanya hanya bersinar di malam hari, tapi dia bisa bersinar setiap waktu. Di sepanjang jalan, dirumahku, ditembok yang ku pandang, pada pikiranku dari orang-orang, pada kaca yang menemaniku setiap hari dikantor, pada langit, mendung, hujan, awan cerah, dan pada angan-angan. Karena semua memang hanya akan menjadi angan-angan. Dari itu semua aku tidak tahu apa dia sadar, apa dia peka, apa dia sadar, apa dia mengerti... seluruh otakku hanya memikir